Pendekatan Restoratif dalam Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial: Kajian Etika dan Praktik di Pengadilan Hubungan Industrial Indonesia
Keywords:
restorative justice, Industrial Relations Court, distributive ethics, restorative mediation, P3HI reformAbstract
This article explores the integration of restorative approaches in the resolution of industrial relations disputes in Indonesia's Industrial Relations Court (PHI), as an alternative to the dominant adversarial paradigm based on Law No. 2 of 2004 on Industrial Relations Dispute Resolution (P3HI), which often neglects long-term relationship restoration and burdens vulnerable workers. Through a conceptual study of Zehr's restorative justice, a global comparison with Australia and New Zealand, and a Rawlsian ethical analysis, it was found that distributive and procedural dimensions enrich pacta sunt servanda in restorative mediation, protecting workers' basic rights in accordance with Labor Law No. 13/2003 while encouraging employer responsibility. Empirical practices from PHI 2025 cases, such as mass layoffs in Semarang and wage cuts in Makassar, show an increase in peaceful resolutions of up to 35% and worker retention of 90%, despite structural obstacles such as a lack of judge training and a backlog of 7,540 cases in 2024 hindering implementation. Recommendations include a hybrid mediation model, amendments to Articles 3-5 of P3HI, and synergy with RKUHAP 2025 for pre-litigation “RJ Houses,” which have the potential to reduce the PHI burden by up to 30%. The conclusion affirms that this reform revitalizes PHI as a guardian of inclusive social justice, contributes theoretically to Indonesia's hybrid model in Southeast Asia, and recommends gender-sensitive longitudinal studies for post-2025 recession adaptation.
Artikel ini mengeksplorasi integrasi pendekatan restoratif dalam penyelesaian perselisihan hubungan industrial di Pengadilan Hubungan Industrial (PHI) Indonesia, sebagai alternatif terhadap paradigma adversarial yang dominan berdasarkan UU P3HI Nomor 2 Tahun 2004, yang sering kali mengabaikan pemulihan hubungan jangka panjang dan membebani pekerja rentan. Melalui kajian konseptual restorative justice ala Zehr, perbandingan global dengan Australia dan Selandia Baru, serta analisis etika Rawlsian, ditemukan bahwa dimensi distributif dan prosedural memperkaya pacta sunt servanda dalam mediasi restoratif, melindungi hak dasar pekerja sesuai UU Ketenagakerjaan No. 13/2003 sambil mendorong tanggung jawab pengusaha. Praktik empiris dari kasus PHI 2025, seperti PHK massal di Semarang dan pemotongan upah di Makassar, menunjukkan peningkatan resolusi damai hingga 35% dan retensi pekerja 90%, meskipun hambatan struktural seperti kurangnya pelatihan hakim dan backlog 7.540 kasus pada 2024 menghambat implementasi. Rekomendasi mencakup model mediasi hybrid, amandemen Pasal 3-5 P3HI, dan sinergi dengan RKUHAP 2025 untuk "Rumah RJ" pre-litigasi, yang potensial mengurangi beban PHI hingga 30%. Kesimpulan menegaskan bahwa reformasi ini merevitalisasi PHI sebagai penjaga keadilan sosial inklusif, berkontribusi teoritis bagi model hybrid Indonesia di Asia Tenggara, dan merekomendasikan studi longitudinal gender-sensitif untuk adaptasi pasca-resesi 2025.
References
A. Books
Braithwaite, J. (2002). Restorative justice & responsive regulation. Oxford University Press.
Rawls, J. (1971). A theory of justice. Harvard University Press.
Zehr, H. (1990). Changing lenses: A new focus for crime and justice. Herald Press.
Zehr, H. (2002). The little book of restorative justice. Good Books.
B. Journal Articles and Academic Articles
Dandapala Hukum. (2025). Implikasi RKUHAP terhadap praktik RJ pada sistem peradilan pidana di Indonesia. Dandapala Hukum.
Hukumonline. (2025). DPR-pemerintah sepakat RUU KUHAP atur 6 bentuk pemulihan melalui restorative justice. Hukumonline.
Jurnal Causa. (2025). Mengukur dampak kebijakan restorative justice: Studi empiris di pengadilan Indonesia, Vol. 4 (1), 30-35.
Jurnal Cattleya DF. (2024). Peluang dan tantangan pada proses penyelesaian sengketa PHI, Vol. 3 (2), 112-120.
Jurnal Hukum Ketenagakerjaan. (2025). Rekomendasi reformasi PHI, 45.
Jurnal Ketenagakerjaan. (2023). Penyelesaian perselisihan hubungan industrial menggunakan acte van dading, Vol. 16 (2), 88-102.
Jurnal Ketenagakerjaan. (2025). Evaluasi resolusi RJ di PHI 2025, Vol. 18 (1), 45-50.
Rayyan Jurnal. (2025). Peran penting pengadilan hubungan industrial dalam pemenuhan hak buruh, Vol. 5 (1), 45-50.
C. Legislation
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial. (2004). Republik Indonesia.
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. (2003). Republik Indonesia.
D. Report
Australian Human Rights Commission. (2023). Restorative justice in workplaces: Case studies. Australian Human Rights Commission.
Badan Pusat Statistik. (2024). Laporan ketimpangan pendapatan sektor manufaktur 2024. BPS.
BPHN. (2024). RUU keadilan restoratif menjadi perhatian pemerintah dalam Prolegnas 2025-2029. Badan Pembinaan Hukum Nasional.
Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum. (2025). Laporan kinerja 2024-2025. Mahkamah Agung Republik Indonesia.
Employment New Zealand. (2022). Restorative practices in employment disputes: Guidelines. Employment New Zealand.
ICJR. (2025). Kajian rekomendasi untuk peraturan payung keadilan restoratif. Institute for Criminal Justice Reform.
Kementerian Ketenagakerjaan RI. (2024). Evaluasi mekanisme penyelesaian sengketa industrial 2024. Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia.
Mahkamah Agung RI. (2023). Evaluasi pengadilan hubungan industrial tahun 2023. Mahkamah Agung Republik Indonesia.
Mahkamah Agung RI. (2023). Laporan tahunan 2023. Mahkamah Agung Republik Indonesia.
Mahkamah Agung RI. (2024). Laporan evaluasi PHI 2024. Mahkamah Agung Republik Indonesia.
Mahkamah Agung RI. (2024). Laporan tahunan 2024. Mahkamah Agung Republik Indonesia.
Mahkamah Agung RI. (2025). Laptah 2025: Dengan integritas peradilan berkualitas. Mahkamah Agung Republik Indonesia.
Mahkamah Agung RI. (2025). Laporan evaluasi penerapan RJ di PHI 2025. Mahkamah Agung Republik Indonesia.
Mahkamah Agung RI. (2025). Laporan tahunan 2025: Dengan integritas peradilan berkualitas. Mahkamah Agung Republik Indonesia.
Mahkamah Agung RI. (2025). Pelaksanaan seleksi administratif calon hakim ad-hoc pada PHI tahun 2025. Mahkamah Agung Republik Indonesia.
Mahkamah Agung RI. (2025). Pidato ketua MA sidang istimewa laporan tahunan 2025. Mahkamah Agung Republik Indonesia.
Mahkamah Agung RI. (2025). Renstra peradilan 2025-2029. Mahkamah Agung Republik Indonesia.
Pengadilan Negeri Banda Aceh. (2025). Keberhasilan penerapan restorative justice pada perkara pidana. Pengadilan Negeri Banda Aceh.
Pengadilan Tinggi Banda Aceh. (2025). Sosialisasi restorative justice. Pengadilan Tinggi Banda Aceh.
PSPE Unikama. (2025). Ketahanan ekonomi 2025 dan dinamika hubungan industrial di Indonesia. Pusat Studi Pembangunan Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana.
ResearchGate. (2025). Dampak pemutusan hubungan kerja terhadap daya beli masyarakat dan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2025. ResearchGate.
ResearchGate. (2025). Konflik hubungan industrial dalam tindak pidana penggelapan dengan pendekatan restorative justice. ResearchGate.
E. Court Ruling
Direktori Putusan Mahkamah Agung RI. (2023). Putusan Nomor 8/Pdt.Sus-PHI/2023/PN Pal.
Direktori Putusan Mahkamah Agung RI. (2025). Putusan Nomor 12/Pdt.Sus-PHI/2025/PN Sbg.
Direktori Putusan Mahkamah Agung RI. (2025). Putusan Nomor 15/Pdt.Sus-PHI/2025/PN Srg.
Direktori Putusan Mahkamah Agung RI. (2025). Putusan Nomor 24/Pdt.Sus-PHI/2025/PN Sby.
Direktori Putusan Mahkamah Agung RI. (2025). Putusan Nomor 35/Pdt.Sus-PHI/2025/PN Mks, tanggal 25 September 2025.
Direktori Putusan Mahkamah Agung RI. (2025). Putusan Nomor 63/Pdt.Sus-PHI/2025/PN Smg, tanggal 4 Agustus 2025.
Direktori Putusan Mahkamah Agung RI. (2025). Putusan Nomor 64/Pdt.Sus-PHI/2025/PN Smg.
Direktori Putusan Mahkamah Agung RI. (2025). Putusan Nomor 227/Pdt.Sus-PHI/2025/PN Jkt.Pst.
Direktori Putusan Mahkamah Agung RI. (2025). Putusan Nomor 26/Pid.B/2025/PN Bna.
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2025 Emanuel Boputra, Marianta Hutasoit

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
Authors who publish with Veritas Procedura agree to the following terms:
Authors retain copyright and grant the Veritas Procedura (VP) right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License that allows others to share (copy and redistribute the material in any medium or format) and adapt (remix, transform, and build upon the material) the work for any purpose, even commercially with an acknowledgment of the work's authorship and initial publication in VP.
Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgment of its initial publication in Veritas Procedura (VP). Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work (See The Effect of Open Access).











