Faktor Agama Dalam Hubungan Internasional

Wachid Ridwan(1*),

(1) 
(*) Corresponding Author

Abstract


Insiden yang terjadi di World Trade Center (WTC) tidak hanya membuat analisis dunia dan pakar ekonomi berfikir soal kebangkrutan yang ditimbulkan, tetapi juga dunia, pakar ilmu sosial dan politik terutama para ilmuan hubungan internasional yang mulai meninjau factor-faktor yang mungkin terkait dengan hal-hal kemanusian. Teori hubungan internasional memeriksa kembali secara mendalam untuk mencari jawaban dari peristiwa yang terjadi 9/11. Mengingat masalah hutang dan tradisi hubungan internasional memang selalu menjadi penyebab serta mengabaikan factor agama, sebagai perkembangan di dalam pemikiran sekuler barat, tetapi sekarang mereka mulai melacak keyakinan terhadap manusia sebagai factor yang dimiliki setiap manusia. Apa yang mengejutkan adalah bahwa, hanya satu minggu dari peristiwa 9/11, presiden Bush menyampaikan sebuah pernyataan tentang perang salib sebagai tanggapan terhadap peristiwa tersebut yang berarti Bush mengaitkan kejadian itu dengan agama, dan semakin ada kemungkinan yang lebih buruk lagi apa yang Letnan Jendral Willian Boykin Departemen Pertahanan Amerika Serikat malahan banyak kali dalam pernyataannya mengatakan bahwa agama islam adalah agama yang ekstrim. Urusan politik dan internasional saat ini yang telah meningkatkan peran agama yang langsung berkorelasi dengan meningkatnya keberadaan islam dan dunia muslim. Dari Tahun 1950an sampai sekarang di seluruh dunia muslim dari Suriah, Somalia, Sudan, Mesir, Bosnia, Negeria, Yordania, Iran, Turki, Afganistan, Pakistan, Chechnya, Irak dan Arab Saudi, islam sebagai salah satu agama besar yang berpengaruh di dunia. Di garis politik global dan agama, peningkatan sentiment agama begitu jelas. Bahkan, ada sebuah daftar panjang dimana sebuah kebangkitan agama memainkan peran penting. Misalnya perang enam hari, revolusi Iran pada 1978, yang melebihi modernism diteluk Persia dan menyeret turun doktrin Nixon dari emerika di teluk Persia, dan pada saat yang sama secara dramatis merusak keseimbangan di kawasan strategis. Contoh lain adalah gerakan melawan invasi Uni Soviet di Afganistan, yang tidak hanya membuat kebutuhan Uni Soviet tetapi juga jadi mendorong proses runtuhnya Uni Soviet, dan mengakhiri perang dingin. Sayangnya hal ini menjadi sala satu penyebab kemunculan gerakan fundamentalis serangan ke markas oleh Al Qaeda, dan bom itu meledak di dekat WTC. Ilmuwan yang setuju terhadap pandangan ini mengungkapkan berbagai alas an mengapa agama bukanlah yang terlibat dari serangan tersebut. Pertama, ilmuwan mulai pada penolokan agama dan berevolusi dari premis yang diadopsi oleh pengetahuan sosial. Kedua, adalah barat sentris. Ketiga, studi hubungan internasional sangat dipengaruhi oleh penggunaan perilaku pemikiran sekolah dan metodologi kualitatif.

Full Text:

PDF


DOI: https://doi.org/10.30588/jep.v1i2.340

Article Metrics

Abstract view : 5512 times
PDF - 6 times

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2018



Jurnal Enersia Publika ini sudah di Indeks oleh:

   

 

Jurnal Enersia Publika, Energi, Sosial dan Kebijakan Publik: Diterbitkan oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Organized by Administrasi Publik Department, Universitas Proklamasi 45, Yogyakarta, Indonesia

Published by Universitas Proklamasi 45, Yogyakarta, Indonesia

ISSN 2579-924X