BAYANI, BURHANI DAN IRFANI TRILOGI EPISTEMOLOGI KEGELISAHAN SEORANG MUHAMMAD ABID AL JABIRI

Samsul Bahri(1*),

(1) 
(*) Corresponding Author

Abstract


Al Jabiri, lengkapnya Muhammad Abid Al Jabiri, adalah filosof kontemporer yang gelisah terhadap keadaan dunia Arab, yang dinilainya mengalami stagnasi, bahkan kemunduran dalam segala bidang. Kemunduran itu tampak ketika dunia Arab gagap dalam berdialog dengan paradigma keilmuan kontemporer yang mengusung tema kemanusiaan, keadilan, kesetaraan, dan hak asasi manusia. Betapa pun kegelisahan Al Jabiri berkaitan dengan konteks dunia Arab, tetapi karena Islam lekat dengannya, maka tidak dapat dihindari adanya kesan umum, kemunduran Arab adalah kemunduran Islam.

Menurut Al Jabiri, kemunduran Arab, disebabkan karena pemahaman atas teks terlepas dan berhenti pada teks itu sendiri. Artinya teks atau nash kitab suci diperankan sebagai subyek, bukan sebagai obyek keilmuan. Tafsir yang selama ini berkembang dan dianggap baku, merupakan wujud memerankan teks sebagai subyek. Memperlakukan teks sebagai obyek tidak lain adalah dengan men-takwil teks baik secara isyaari maupun secara bathiny. Dengan demikian memperlakukan teks sebagai obyek maka yang pembaca melepaskan diri dari subyektivisme dan

membiarkan teks itu menjelaskan maknanya sendiri.

Agar teks kitab suci itu dapat menjelaskan maknanya sendiri, Al Jabiri menawarkan paragidma epistemologi bayani, irfani dan burhani dalam gerak melingkar saling kontrol dalam satu kesatuan untuk saling menguatkan. Apabila sinergitas ketiga paradigma epsitemolgi tersebut dilakukan maka teks atau nash keagamaan tidak lagi gamang berdialog dengan isu-isu kontemporer, karena teks tersebut sebenarnya sudah membawa pesan universal tentang kemanusiaan (humanity), keadilan (justice) dan kesetaraan (equality).

Full Text:

PDF

Article Metrics

Abstract view : 5569 times
PDF - 31 times

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Free counters!